Category Archives: Jejak Langkahku

Ceritaku Untukmu

Standar

Kucoba gerakkan jemari dan mengukir dicanvas putih ini untuk menceritakan semua ini, untuk menguraikan semua cerita kita bersama, dan untuk memberitakan kepadamu tentang rasa ini, sebagai pengganti komunikasi yang engkau pinta…

Hadirmu diperjalananku telah menambah warna baru dalam keindahan warna-warni hidupku. Engkaulah sahabat yang sejatinya kucari disepanjang kisah yang ingin ku ukir. Tapi, kadang keraguan menelusup lembut hadir disini. Terasa begitu menghimpit dan menyesakkan, begitu banyak luka yang engkau suguhkan diruang harapku, hingga ku tak yakin akan hadirmu memang dipersiapkan untukku. Dikedalaman hatiku, ingin ku terus bertahan dan berbisik padamu bahwa biarlah semua ini mengalir seadanya. Biarlah ia mengalir dengan sendirinya, berlomba dan menyusuri semua ruang harap yang semoga ada ujungnya, dan semoga diujung sana menanti sebuah kebaikan untuk kita semua…

Sering kukesal terhadap diriku sendiri mengapa bersikap seperti ini. Saat-saat tertentu diriku seperti anak kecil yang mementingkan diri sendiri, ingin dimengerti namun di sisi lain sulit memahami bagaimana kondisimu saat itu. Diri ini bagai sosok kecil yang bersemanyam dalam bungkus kedewasaan. Kadang hati keruh, jauh dari kejernihan.

Mungkin pernah juga engkau melihat raut wajahku yang tampak kesal, sekuat tenaga kusembunyikan, namun tetap nampak dipermukaan.

Maaf kupinta darimu selalu…

Semoga kita berdua membawa setumpuk kesal dan kecewa itu dalam sholat. Dalam khusyu’ kita memohon kepada Dzat yang Menggenggam jiwa ini, Yang Maha Membolak-balikkan hati berharap semua rasa ini lebur, hilang dan pergi dari sucinya hati. Semoga kesal dan kecewa itu hilang sehabis shalat, lebur dalam doa. Hati lapang, pikiran jernih…

Dalam hati berucap, Maafkan aku, maaf telah berbuat dhalim kepadamu, Maafkan jika ego ini menguasai hati, maaf bila kata sayangku tak pandai kurangkai dengan baik hingga menorehkan luka. semoga Allah mengampuni dosaku dan juga dosamu. Tak sabar aku ingin menyampaikan kabar hatiku kepadamu, bahwa sungguh apapun yang engkau anggap tentangku, aku tetap hadirkan engkau semua dalam do’a dan harapku…

Anggaplah aku seperti bintang, yang memang tak selalu terlihat, tapi kita tahu dia selalu ada disana untuk kita.

Gumpalan awan di langit biru
Bercerita kisah kita
Saat deras hujan bagai air mata
Dan cerah mentari jadi wajah kita

Warna pelangi di langit biru
Hanya jadi saksi bisu
Saksi kisah perjalananku denganmu
Saat perbedaan jadi keindahan

Langit pun berbahasa
Dan bersenandung ria
Lantunkan lagu rindu antara engkau dan aku
Oh Sahabat…

Langit pun berbahasa
Tanda bersuka cita
Sambut esok dimana kita kan slalu bersama
Selamanya…

Dan dengarlah, dengarlah slalu
Itulah semua tentang kita,
cerita bahasa langit…

 

Ahad, 01 Juli 2012

Indahnya Biru, Harunya Perpisahan

Standar

“Sebiru hari ini, Birunya bagai langit terang benderang,

Sebiru hari kita, Bersama disini,

Seindah hari ini, Indahnya bak permadani taman Syurga,

Seindah hati kita, Walau kita kan berpisah..”

Edcoustic  (Sebiru Hari Ini)

 

Jalanan Ibu kota masih saja ramai hingga larut malam ini, dengan kendaraan yang terus berlalu lalang, juga dengan kehidupan manusia-manusia malam yang seakan tidak pernah mati. Namun kini hatiku tak seramai jalanan di kota ini. Sunyi… Itulah yang sedang kurasakan kini. Disana, masih kurasakan betapa indahnya bergelut dengan Aktivitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, waktu, sedikit harta kita dan sebagainya, semuanya seakan menempa diri kita untuk terbiasa hidup dalam himpitan perjalanan hidup yang luar biasa indah seperti itu. Aku, kamu dan kita semua kelak akan merasakan kerinduan yang luar biasa dengan suasana kebersamaan disana dan semoga kerindauan itupulalah yang mengantarkan kita semua untuk terus mencari lingkungan dan suasana yang sama seperti apa yang pernah kita rengguk bersama. Semoga benih-benih rindu itu jua yang kemudian tumbuh bersemi menjadi pohon-pohon cinta dihati kita. Mencintainya tidak harus terus berada disana. Mencintanya bisa saja dengan menggugurkan daun-daun yang telah tua untuk dapat menumbuhkan daun-daun baru yang lebih hijau. Sebab bisa jadi daun-daun hijau itu sulit tumbuh karena sungkan dengan dedaunan yang lebih tua yang tidak memberikannya ruang untuk tumbuh dan berkembang.

Dunia akan terus berputar menurut titah-Nya. Begitu juga dengan pertemuan, kebersamaan dan perpisahan. Semua itu merupakan bagian dari warna-warni kehidupan kita didunia. Seindah apa kehidupan yang ingin kita jalani tergantung dari warna-warna apa saja yang kita pilih untuk menghiasi kehidupan kita. Jangan pernah bersedih bila warna yang kita jalani tidak sesuai dengan warna yang kita pilih. Sebab, Allah-lah yang lebih mengerti warna apa yang paling sesuai buat kita dan disitulah letak misteri kehidupan itu. Disitulah kita diajarkan bahwa ternyata setiap warna itu bisa dicampur dengan warna kehendakNya hingga tercipta warna baru yang lebih indah. Bahkan lebih indah dari apa yang pernah kita bayangkan, bila kita mensyukurinya.

Tidak terasa hari ini, estafet kepemimpinan kepengurusan telah diserahkan kepada generasi berikutnya yang tentu jauh lebih baik. Waktu begitu cepat berlalu, namun kebersamaan dikepengurusan masih terekam indah di memory ingatan, bahkan ikrar pelantikan kepengurusan UKMI Ar-Royyan Universitas Riau Priode 2011-2012 itu masih jelas terngiang ditelinga. Ingatkah… Saat itu, dengan pakaian putih-hitam berbalutkan almamater kebanggaan dan tidak lupa pita hijau kita berdiri gagah dan melantangkan seruan perjuangan. Kita semua berjanji untuk berbuat dan berkontribusi yang terbaik untuk-Nya. Walaupun tidak lama, walaupun aku tak turut mengakhiri kisah kita tapi kurasakan hari-hari itu begitu indah kita lalui. Di Rumah perjuangan yang ber-alaskan karpet kuning itu, sering kita rangkai rencana-rencana besar dan berusaha merealisasikan janji kita bersama. Walau hanya sebentar, semoga kita bersama bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat buat semua. Maaf kupinta buat semua yang terluka karena hadirnya diri ini. Semoga perjuangan kita yang hanya karena-Nya, mampu mengenyampingkan perasaan-perasaan yang terluka selama kita bercengkrama dikampus. Maaf buat semuanya, Aku undur diri untuk melanjutkan perjuangan berikutnya.

Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda tawa bahagia. Setiap tetes air mata yang tertumpah dihari ini, akan menjadi saksi akan jalinan ukhuwah yang selama ini kita simpul seerat-eratnya.

Tidak ada kata yang pantas terucap, hanya derai bening yang selalu bertaburan, mengucap selamat jalan, aku akan melanjutkan perjuangan kearah yang lain, ditempat yang baru, yang akan menjadi jarak perjumpaan kita. Kini, biarkanlah aliran air mata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, sebab air mata tak berarti sedih, air mata tak berarti duka, air mata adalah juga lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita dihari ini. Biarkan…Karena dia memang hadir untuk ini, untuk sebuah perpisahan.

Sahabat Seperjuangan di Kepengurusan UKMI Ar-Royyan Universitas Riau, Selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi difase berikutnya dalam tangga dakwah ini, dalam senyum yang lebih indah…

Jakarta, 01 Agustus 2011

Hudhafah As-Sahmi