Kucoba gerakkan jemari dan mengukir dicanvas putih ini untuk menceritakan semua ini, untuk menguraikan semua cerita kita bersama, dan untuk memberitakan kepadamu tentang rasa ini, sebagai pengganti komunikasi yang engkau pinta…
Hadirmu diperjalananku telah menambah warna baru dalam keindahan warna-warni hidupku. Engkaulah sahabat yang sejatinya kucari disepanjang kisah yang ingin ku ukir. Tapi, kadang keraguan menelusup lembut hadir disini. Terasa begitu menghimpit dan menyesakkan, begitu banyak luka yang engkau suguhkan diruang harapku, hingga ku tak yakin akan hadirmu memang dipersiapkan untukku. Dikedalaman hatiku, ingin ku terus bertahan dan berbisik padamu bahwa biarlah semua ini mengalir seadanya. Biarlah ia mengalir dengan sendirinya, berlomba dan menyusuri semua ruang harap yang semoga ada ujungnya, dan semoga diujung sana menanti sebuah kebaikan untuk kita semua…
Sering kukesal terhadap diriku sendiri mengapa bersikap seperti ini. Saat-saat tertentu diriku seperti anak kecil yang mementingkan diri sendiri, ingin dimengerti namun di sisi lain sulit memahami bagaimana kondisimu saat itu. Diri ini bagai sosok kecil yang bersemanyam dalam bungkus kedewasaan. Kadang hati keruh, jauh dari kejernihan.
Mungkin pernah juga engkau melihat raut wajahku yang tampak kesal, sekuat tenaga kusembunyikan, namun tetap nampak dipermukaan.
Maaf kupinta darimu selalu…
Semoga kita berdua membawa setumpuk kesal dan kecewa itu dalam sholat. Dalam khusyu’ kita memohon kepada Dzat yang Menggenggam jiwa ini, Yang Maha Membolak-balikkan hati berharap semua rasa ini lebur, hilang dan pergi dari sucinya hati. Semoga kesal dan kecewa itu hilang sehabis shalat, lebur dalam doa. Hati lapang, pikiran jernih…
Dalam hati berucap, Maafkan aku, maaf telah berbuat dhalim kepadamu, Maafkan jika ego ini menguasai hati, maaf bila kata sayangku tak pandai kurangkai dengan baik hingga menorehkan luka. semoga Allah mengampuni dosaku dan juga dosamu. Tak sabar aku ingin menyampaikan kabar hatiku kepadamu, bahwa sungguh apapun yang engkau anggap tentangku, aku tetap hadirkan engkau semua dalam do’a dan harapku…
Anggaplah aku seperti bintang, yang memang tak selalu terlihat, tapi kita tahu dia selalu ada disana untuk kita.
Gumpalan awan di langit biru
Bercerita kisah kita
Saat deras hujan bagai air mata
Dan cerah mentari jadi wajah kita
Warna pelangi di langit biru
Hanya jadi saksi bisu
Saksi kisah perjalananku denganmu
Saat perbedaan jadi keindahan
Langit pun berbahasa
Dan bersenandung ria
Lantunkan lagu rindu antara engkau dan aku
Oh Sahabat…
Langit pun berbahasa
Tanda bersuka cita
Sambut esok dimana kita kan slalu bersama
Selamanya…
Dan dengarlah, dengarlah slalu
Itulah semua tentang kita,
cerita bahasa langit…
Ahad, 01 Juli 2012