Memaknai Perpisahan

Standar

Dalam cerita hidup selalu menyuguhkan dua bagian. Dualisme yang niscaya. Ada kala sedih hingga hadirnya rasa senang. Ada waktunya merasa sakit, juga waktu saat merasa sangat sehat. Begitu pula pasangan untuk pertemuan, yaitu perpisahan.

Kemarin bertemu, esok sudah harus berpisah lagi. Tak ada kata bertemu untuk bersama selamanya. Meski jalan perpisahan itu punya banyak cara dan prosesnya. Beberapa bulan lalu bertemu, kita bersama-sama merintis sebuah perjalanan indah, berusaha mengembangbiakkan dan merawat semua potensi yang ada, merancang banyak kegiatan, merumuskan mimpi besar di masa depan sampai diskusi –diskusi kecil kita yang syarat makna tentunya. Setengah tahun perjalanan kepengurusan yang indah dengan kebersamaan yang penuh berkah dan cintaNya. Kebersamaan yang penuh dengan nuansa cinta dan kasih sayang.

Teringat saat mengadakan acara bersama, jalan-jalan ke tiga kabupaten, diskusi yang terkadang diselingi canda tawa, sampai makan-makan tiap ada yang walimahan atau dapat tambahan rizki. Murobbi saya berkata “pertemuan karena Allah, maka perpisahan pun pasti karena Allah”. Ya, Allah membiarkan kita bertemu untuk saling berbagi, saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Kini tiba waktunya, dari setiap diri kita untuk berada pada posisi yang berbeda. Meski tak lagi bersama, tapi semangat dan kenangan akan tetap menyatukan kita. Bersyukur sekali Allah menciptakan kenangan.

“Akhi, jangan bersedih untuk sebuah perpisahan. Karena setelah perpisahan itu, telah menunggu pertemuan lain yang lebih indah”, pesan guru spiritual saya saat hendak pergi. Ya, Allah pasti telah siapkan pertemuan-pertemuan lain yang lebih indah. Dalam perpisahan ada tiga pesan: kebersamaan, kenangan, dan pertemuan kembali…

Image

[Oleh: Hudhafah As-Sahmi]

About hudhafah as sahmi

Aku adalah aku. Dimana-mana tetap aku. Jangan sampai orang tahu, bahwa aku adalah aku. Aku adalah seorang anak manusia yang terlahir kedunia, ia menangis menjerit dan orang-orang disekitar tertawa. Berharap dipenghujung usia, pergi dengan wajah tersenyum dan orang-orang disekeliling sedih atas kepergiannya. Ini harapku. Hidupku menjadi lebih hidup karena kumpulan harapan-harapan itu....

Tinggalkan komentar