Monthly Archives: Juli 2013

Ikhwan, Selamat! Kalian Telah Menang!

Standar

ImageMasya Allah, alangkah tidak pantasnya diri ini jika disebut sebagai kader Ikhwanul Muslimin, malu sungguh, baru ngaji 8 tahun ilmu masih sedikit, al quran tidak hapal, hadist bisa dihitung jari..dateng liqo masih terlambat, kadang ga hadir tanpa kabar..sungguh malu melihat keimanan yang terkikis gelombang ombak yang kecil, sedangakan di Mesir sana tak goyah bak karang di hempas gelombang..tegar menantang, cadas dan tajam menggariskan keteguhan, namun diam tak bergeming diterpa gelombang tetap tenang..

Ustad Rahmat Abdullah Allahuyarham pernah berkata bahwa tidak ada IM di Indonesia..yang ada hanya jamaah tarbiyah, mungkin memang sang Murobbi ini malu dengan standar kualitas kader di negeri ini, di Mesir sana sudah 80 tahun IM berjuang menegakkan kalimat tauhid, asam garam telah dirasakan, pahit getirnya kehidupan dijalani dengan tenang, syaikh Hasan Al Hudaiby menegaskan kader IM harus khatam Al Quran 3 hari sekali, bukan di bulan Ramadhan, bahkan di kurungan penjara yang dingin mencekam..Said Qutbh mencapai kegemilangan karya dalam lantai penjara yang usang dan kotor..saat ini pun masih ada kader IM yang sanggup mengkhatamkan Al Quran dalam 1 rakaat shalat, sang Presiden Mursi yang mulia..

Ada yang bilang cara IM salah, langkah kufur kau tempuh, ratusan nyawa melayang tak ada harganya dalam kekufuran..demokrasi bikinan yahudi hanya tipu menipu dan IM menjadi bagiannya..suara-suara itu bergema nyaring meneriakkan kebodohan IM, kau bodoh, kau tertipu, kau ternistakan..

Suara-suara yang nyaring namun sepi dari perjuangan, kering lisan dalam kalam, teriak paling lantang seakan pernah berpeluh berjuang, seakan paling mengerti tentang darah kesyahidan, padahal suara-suara itu datang jauh dari medan pertempuran, yang hanya bisa sembunyi dibalik fakta kehinaan tak pernah berkorban, kau bodohkan ummat Islam di mesir seakan kau pernah bersimbah darah, seakan kau pernah melawan tank dengan batu, apache malawan kerikil, roket mainan sehari-hari..

Ikhwan, kau sungguh mulia..80 tahun kau berjuang Allah menjadi saksi, bahwa dulu kau pernah mencapai Tel Aviv untuk menikam jantung negara Yahudi, bahwa kau tak pernah habis meski qiyadahmu diberondong peluru, meski tiang gantungan menjadi kado terindah seumur hidupmu, kau tak pernah habis meski caci maki manusia pandir dan bermulut besar mengolok platform amalmu, meski kau di khianati berkali-kali oleh rezim kau tak pernah habis, mati jasadmu namun dakwahmu kian hidup, kian menerangi kegelapan ummat yang lama dalam penantian keadilan, dakwahmu kian mengancam kegelapan yang sejatinya akan sirna dengan pancaran amal teguhmu, yang akan terang dengan akhlaq kokohmu..

Wahai IM, kau tak kalah, dan tak akan pernah kalah, kau menangkan secara fair hati ummat Islam di mesir, konstitusi syariatmu menjadi dambaan ummat yang sudah lama tak mencicipi keadilan..kau sudah menang, hanya saja banyak yang iri dengan kemenanganmu, banyak yang terancam dengan kepiawaianmu mengelola negara, banyak yang terluka dengan pencapaianmu..

Sungguh wahai IM kau ajari kami seribu cara menegakkan kalimat Allah, 80 tahun tak bosannya dirimu berganti wujud, kau ajari kami yang miskin akan arti kemenangan, bahwa kemenangan yang kalian raih hanya ada dua pilihan, syahid atau Islam berjaya, kau ajari kami betapa murahnya kertas pemilu, sejatinya mensejahterakan ummat lebih kau utamakan, demokrasi hanya kau jadikan mainan dan kau berikan permainan yang cantik sehingga kau bisa menangkan, kau dibantai karena keteguhanmu menciptakan permainan yang Islami, bahwa bumi mesir merindukan tumpahnya darah syuhada, kau memang sudah paham hal ini, alangkah hinanya jika kami mengajari guru yang lebih paham ilmunya, bahkan sebaliknya di sini kami iri padamu..di bulan kemenangan kau menangkan segala pintu kemenangan, kami iri padamu mudahnya mendapat bonus syurga di ladang yang sedang panen pahala, kami iri padamu karena hati kami masih ciut dengan kematian, bagi kalian kematian itu awal segala cinta yang kau pupuk di dunia, kau berjumpa dengan Allah dengan cara terindah di bulan terindah, ku yakin malaikatpun tersenyum membawa ruh yang mati syahid, karena sejatinya mereka akan berkata..
 
“Selamat, kalian telah menang!”

 -Abu Hanif –

Sahabat Sejati…

Standar

ImageTak mudah untuk kita, Hadapi perbedaan yang berarti
Tak mudah untuk kita, Lewati rintangan silih berganti

Kau masih berdiri, Kita masih di sini
Tunjukkan pada dunia, Arti sahabat
Kau teman sehati, Kita teman sejati
Hadapilah dunia, Genggam tanganku…

Tak mudah untuk kita, Sadari saling mendengarkan hati
Tak mudah untuk kita, Pahami berbagi rasa di hati

Kau masih berdiri, Kita masih di sini
Tunjukkan pada dunia, Arti sahabat
Kau teman sehati, Kita teman sejati
Hadapilah dunia, Genggam tanganku…

Kau adalah Tempat ku membagi kisahku
Kau sempurna, Jadi bagian hidupku
Apapun kekuranganmu…

[Arti Sahabat, Nidji]

 

Manusia selalu hidup dalam kebersamaan. Tidak ada manusia yang mampu hidup dalam kesendirian. Apabila ada, tentu ia benar-benar manusia yang paling malang sedunia, sebab hidupnya tentu tidak berwarna. Bentangan warna dalam hidup tergantung dari pilihan kita. Biru itu indah, tapi hidup tidak cukup dengan keindahan warna biru. Butuh warna lainnya sehingga menciptakan keindahan yang sempurna. Seperti keindahan pelangi yang menghias dirinya dengan banyak warna. Begitulah hidup, untuk menciptakan hidup kita menjadi lebih hidup, hidup yang lebih seru. Sahabat adalah bagian dari warna-warni kehidupan itu. Sahabat adalah ia yang membuat hidup kita penuh warna, tapi sahabat bukanlah seperti pelangi yang hadir karena sebab dan hilangpun dalam sekejab…

Sahabat bukanlah ia yang dalam masa kejayaan kita, ia mengenal kita. Kita akan dapat mengenal sahabat disaat kita dalam keterpurukan, disaat kita terjatuh. Kelak kita akan bisa melihatnya saat kita berada dalam kesulitan dan terjatuh. Siapa yang terakhir kali berada disamping kita? Siapa yang tetap mencintai kita disaat kita tidak lagi merasa dicintai, siapa yang tetap berbaik sangka kepada kita disaat banyak orang telah berburuk sangka, maka Ia adalah sahabat sejati.

Apa yang kita alami demi bersama seorang sahabat di dalam perjalanan ini kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan. Tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa gelombang dan badai. Tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan tumbuh bersama karena cobaan-cobaan itu.  Persahabat bukanlah bagaimana kita melupakan tetapi bagaimana kita terus bisa memaafkan. Persahabatan bukanlah bagaimana kita mendengar tetapi bagaimana kita terus bisa memahami. Persahabatan bukan bagaimana kita melihat tetapi bagaimana kita merasakan. Dan persahabatan bukan untuk bagaimana kita meninggalkan tetapi bagaimana untuk kita terus ada dan bersama…

SAHABAT yang ibarat mentari menyinar…
SAHABAT yang setia bagai pewangi mengharumkan…
SAHABAT sejati menjadi pendorong impian…
SAHABAT berhati mulia membawa kita ke jalan TUHAN…

 

Pangkalan Kerinci, 30 Juli 2013

 

Kubeli Waktumu Ayah

Standar

ImageSeperti biasa Rasyid, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Fathir putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. “Kok, belum tidur?” sapa Rasyid sambil mencium anaknya.

Biasanya, Fathir memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Fathir menjawab, “Aku menunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok tanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”

“Oh, tidak. Ingin tahu saja”

“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, ayo?”

Fathir berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rasyid beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Fathir berlari mengikutinya. “Kalau satu hari Ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Ayah digaji Rp 40.000,- dong,” katanya.

“Wah, pintar kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobo,” perintah Rasyid.

Tetapi Fathir tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Fathir kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- tidak?”

“Sudah, tidak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”

“Tapi, Ayah…”

Kesabaran Rasyid habis, “Ayah bilang tidur!”

Hardiknya mengejutkan Fathir. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rasyid nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Fathir di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Fathir didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rasyid berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Fathir. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun Ayah kasih.”

“Ayah, aku tidak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”

“Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Rasyid lembut.

“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Fathir polos.

Rasyid terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat. Matanya sembab…

*Buat Ayah dan Calon Ayah di Seluruh Dunia

Dear Diary…

Standar

ImageLantunan ayat-ayat-Nya sejenak terhenti, ada sesuatu yang berdering dipojok sana dan setelah kubaca selayang lalu kulanjutkan aktifitas guna memaksimalkan sepuluh yang terakhir ini. Kita tidak pernah tahu apakah masa-masa ini akan kita dapatkan ditahun yang akan datang. Kita tidak pernah tahu mungkin saja masa-masa ini adalah masa terakhir kita melaluinya dalam hidup di dunia ini.. Ahh.. Sayang sekali bila tak dimanfaatkan dengan baik, padahal dosa menggunung tinggi, padahal maksiat menjulang keangkasa, astaqfirullahaladzim…

……

“Mungkin ada banyak orang yang KECEWA dengan masa lalumu, tapi aku PERCAYA akan ada SEJUTA orang yang TERSENYUM  dengan kehidupan dimasa depanmu… “ (Sender by A.N.)

Itulah pesan yang masuk bersamaan dengan deringan tadi, entah mengapa tanpa terasa hati menjadi sembab dan mata mulai berkaca. Malu, Sedih, Bahagia dan Bangga. Semua itu melebur menjadi satu rasa yang menyeruak hadir hingga kepermukaan hati. Turut malu akan masa lalu, Ikut sedih akan dosa dan salah, Merasa bahagia dan Bangga karena ia kini telah jauh lebih HEBAT dan DEWASA dari diri ini. Subhanallah, masih ada orang seperti ia. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq-Nya padamu. Aamiin. Sungguh, aku mencintaimu dimanapun kamu berada karena-Nya…

“Mungkin ada banyak orang yang KECEWA dengan masa lalumu, tapi aku PERCAYA akan ada SEJUTA orang yang TERSENYUM  dengan kehidupan dimasa depanmu… “ (Sender by A.N.)

Kecewa adalah cerminan tanda cinta, kecewa lahir karena tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kecewa hadir karena realita yang ada jauh dibawah ekspetasi kita. Begitulah kecewa hadir. Bila kita menjadikan orang yang masih hidup sebagai motivator dan tauladan kita, maka bersiap saja untuk kecewa. Kita mesti tahu bahwa orang hidup terus melakukan sebuah proses. Proses hidup tidak sekedar dari keadaan jahiliyah menuju hidayah semata, bukan berhenti disitu, adakalanya juga setelah mendapat hidayah kita tergelincir karena ujian yang mendera, semua itu mungkin terjadi dan perlu difahami bahwa proses hidup itu sangat panjang, tidak sekedar sampai tertutupnya mata untuk yang terakhir kalinya, bahkan sesudah itupun kita tetap akan ber-proses dikehidupan selanjutnya…

Karena hidup adalah proses, maka kita harus mafhum bila ada banyak orang-orang yang saat ini kita anggap tidak baik tetapi dihari esok siapa tahu ia menjadi bagian dari orang-orang baik, begitu juga dengan orang-orang yang hari ini tampak kedalam bagian dari orang-orang baik bisa jadi dihari esok ia menjadi orang yang paling bejat… Begitulah hidup… Adakalanya kita bisa berlari, lalu berjalan, kemudian tertatih atau bahkan hingga nanti tergelincir dan harus merangkak, tapi yang pasti kita mesti terus berusaha bangkit walau tak jarang kita akan jatuh lagi, tetapi azzam mesti kuat dan kita mesti terus berusaha bangkit sembari menghimpun kekuatan hingga nanti kita bisa berlari lagi, berlari dengan kencang mengejar ketertinggalan yang lalu. Sekali lagi, hidup ini bagian dari proses… Allah akan melihat bagaimana kita pada akhir dari proses itu. Apakah pada saat itu kita sedang tergelincir lagi atau justeru kitalah yang berlari paling kencang. Wallahu’alam…

“Mungkin ada banyak orang yang KECEWA dengan masa lalumu, tapi aku PERCAYA akan ada SEJUTA orang yang TERSENYUM  dengan kehidupan dimasa depanmu…  “ (Sender by A.N.)

Sangat sedikit orang yang bijaksana dalam menyikapi jatuh-bangunnya seseorang, bahkan terkadang kita cendrung mengedapankan sangkaan buruk tanpa pernah ber-tabayyun ( ini istilah ku dulu ) kepada orang-orang yang sedang jatuh itu, kita hanya mem-judge bahwa ia salah, kita seperti merasa orang paling suci dan benar sedunia, kita merasa telah menjadi orang yang jauh lebih mulia dari orang-orang yang sedang jatuh itu… Sangat sedikit yang justeru mengambil sikap yang berbeda… Padahal kita berpeluang untuk berbuat salah, padahal kita juga berpeluang jatuh… Sekali lagi, entah mengapa, sangat sulit buat kita untuk mengedapankan baik sangka, padahal Allah saja maha pengampun terhadap hamba-hambaNya, lalu siapa kita yang seolah pongah, ingin menghakimi masa lalu orang dan merasa lebih berkuasa dari pada Rabb??

“Mungkin ada banyak orang yang KECEWA dengan masa lalumu, tapi aku PERCAYA akan ada SEJUTA orang yang TERSENYUM  dengan kehidupan dimasa depanmu..  “ (Sender by A.N.)

Lebih baik kita meluruskan niat dan mengoreksi ibadah kita sendiri. Ambil cermin dan lihatlah kesalahan dan kelemahan kita. Sudah banyak Allah menutupi kesalahan-kesalahan kita, tidak terhitung betapa kasih dan rahmat Allah kepada kita sehingga keburukan-keburukan kita dilindungi-Nya. kita ini manusia yang lemah. Tidak ada manusia yang hidup tanpa salah dan dosa. Bahkan kita wajib memimiliki dosa. Maka dari itu, jadilah kita hamba-hamba Allah yang saling mengingatkan dan memaafkan kesalahan orang lain, bukan menjadi hakim atas kesalahan dan aib orang lain. Rasulullah bersabda: Dari Anas radhiyallahu, ketika aku (Rasulullah) dinaikkan (mi’raj), aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku dari kuningan, mereka mencakar-cakar muka dan dada mereka sendiri, maka aku (Rasulullah) berkata: Siapa mereka itu, wahai Jibril? Maka Jibril pun menjawab: Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (membicarakan aib) dan menyentuh kehormatan mereka” (HR. Abu Daud)…

Kerinci, 29 Juli 2013

Hudhafah As-Sahmi

Untuk Engkau Duhai Kekasihku…

Standar

waiting_for_summer_by_p0rgKetika kelak Tuhan telah meletakkan setitik kasih dan Cinta dalam hati ini dan hingga nanti ia telah memunculkan benih-benih kerinduan yang tiada jua dapat kutahan geloranya jika tanpa sedikit hadirmu, maka tulisan harap dan jaminan ini ku persembahkan buatmu

Untuk kekasihku yang entah dimana engkau kini…

Ketahuilah betapa hatiku kelak senantiasa sarat dengan rindumu. Rindu yang mendambakan kasihku padamu. Hatiku kan kupenuhi dengan cintamu dan tidak bisa dimasuki oleh kasih yang lain. Hanya kasihmu yang nanti aku miliki, yang menceriakan kehidupanku walaupun bisa saja aku tersasar oleh karena mabuk kerinduan.

Untuk kekasihku yang entah dimana engkau kini…

Ingin aku katakan padamu bahwa aku tidak akan menduakan kasihmu. Aku tidak akan menduakan cintamu karena nanti hatiku telah dirimu miliki. Bagaimana aku akan bisa mengisinya dengan sesuatu yang lain sedangkan ia berada disampingmu. Kelak, janganlah dirimu sangsi dengan kesetiaanku, kerana aku akan membina benteng yang tinggi menjulang agar cintamu yang kumiliki tidak terlepas keluar dari sempadan hati dan akan menghalang sebarang cinta dari luar untuk menerobosi jiwaku.

Untuk kekasihku yang entah dimana engkau kini…

Cintamu adalah antara yang terutama dalam senarai cintaku. Pertama cinta Tuhan dan Rasul, kedua cinta keluargaku dan ketiga adalah cintamu. Aku jamin nanti ia tidak akan berubah arah sehinggalah Tuhan benar­-benar menentukan dan menyatakan kehendak-Nya dalam kisah perjalanan cinta kita. Namun aku sentiasa berdoa agar cinta dan kasih kita kelak hayat-nya berpanjangan hingga dibawa bersama sewaktu menghadiri perjumpaan di hadapan Tuhan di hari kemudian.

Untuk kekasihku yang entah dimana engkau kini…

Tiadalah sebaik kata­-kata yang mampu aku tuliskan melainkan untuk menyatakan bahwa nanti hanya dirimu yang memiliki hatiku ini. Aku akan bahagia dengan begitu dan aku ingin terus begitu bersamamu. Aku bermohon pada Tuhan semoga Ia menerima permohonan ini. Hanya pada-Nyalah aku berharap.

Untuk kekasihku yang entah dimana engkau kini…

Cinta, rindu dan harapmu disana adalah menjadi teman paling setia dalam hidupku walau saat dirimu tiada disisiku, walau engkau jua tak tahu aku berada dimana kini. Kasih, ketiadaanmu kini membuatku mengerti sebuah arti kerinduan, sebuah arti kesabaran… ^_^

CINTA Terus Ada Sepanjang Waktu

Standar

Image

50 tahun yang lalu …
Ketika ia melamar istrinya, hanya berkata: Percayalah padaku..

40 tahun yang lalu …
Ketika istrinya melahirkan putri pertamanya, ia berkata padanya: Menyusahkanmu..

20 tahun yang lalu …
Hari ketika putri mereka menikah, lengannya merangkul bahu istrinya dan berkata: Masih ada aku..

Tahun lalu …
Hari ketika ia menerima kabar kondisi istrinya kritis, ia berulang kali mengatakan: Aku di sini..

Hari ini, istrinya telah pergi …
Dia menahan air mata mencium kening istrinya dan berkata: Tunggu aku..

Sepanjang hidup ini, ia tidak pernah mengatakan kepada istrinya, “Aku mencintaimu”,
Namun cintanya, tidak pernah hilang.

Cinta sejati adalah sebuah tindakan, bukanlah hanya bahasa.
Lebih baik mencintai sepenuh hati dengan perbuatan daripada mengatakan “I love you” seratus kali…

Bosan Hidup… !

Standar

Image

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji…

“Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo.

Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan.

Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.

“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Tapi ustadz yang satu ini aneh. malah Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang.

Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang.

Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.”

Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini “.

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Dengan melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata:

“Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kepasrahan, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan.

Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan. percayalah .. Allah bersama kita..

Lalu Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini…

Sekarang, Inilah Cerita Ku…

Standar

 

Gambar

 

Hari-hari terasa begitu cepat berlalu

Siang dan malam berputar tanpa pernah mau menunggu

Aku sedang berdiri disini, terdiam dibalut waktu

Aku masih disini, berharap  dan hanya terpaku

Tapi ini hanya pemberhentian sementara sebab aku akan terus melaju

 

Hidup terkadang mengajarkan begitu

Indahnya hidup karena skenario yang tak tentu

Adakalanya hari ini jauh dari apa yang diharapkan dulu

Tapi aku perlu terus berjibaku

Merealisasikan asa dan mengikis bayang semu

Hingga nanti kan kubuktikan bahwa aku mampu

 

Ku tahu…

Aku tak perlu hidup dalam bayang masa lalu

Tak kan kubiarkan mereka jadi penentu

Biar semua orang tahu bahwa inilah hidupku, hidup yang baru

Lihatlah kini hidupku, hidup yang penuh warna biru, bersamamu…

 

Biarlah orang akan memandangku ragu

Sebab kan kupastikan hari esok adalah hari-hari milikku

Biarlah nanti orang akan melihat dan menilaiku tabu

Sebab dihari-hari esok siapa yang akan tahu…

 

Inilah hidupku, hidup yang baru…

 

By. Hudhafah As-Sahmi